Selasa, 26 Juni 2012

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN ANAK


KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN ANAK

          Cara yang terapeutik dalam berkomunikasi dengan anak adalah sebagai berikut :
1.      Nada suara
Bicara lambat dan jika tidak dijawab harus harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana. Hindari sikap mendesak untuk menjawab dengan mengatakan “jawab dong”.
2.      Mengalihkan aktifitas
Kegiatan anak yang berpindah pindah dapat meningkatkan rasa cemas terapis dan mengartiksannya sebagai tanda hiperaktif. Anak lebih tertarik pada aktifatas yang disukai sehingga perlu dibuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang di sukai dan aktifitas terapi yang diprogramkan
3.      Jarak interaksi
Perawat yang mengobservasi tindakan non verbal dan sikap tubuh anak harus mempertahankan jarak yang aman dalam berinteraksi
4.      Marah
Perawat perlu mempelejari kontrol prilaku yang rendah pada anak untuk mencegah tempertantrum. Perawat menghindari bicara yang keras dan otoriter serta mengurangi kontak mata jika respon anak meningkat. Jika anak mulai dapat mengontrol prilaku, kontak mata di mulai kembali namun sentuhan di tunda dahulu
5.      Kesadaran diri
Perawat harus menghindari konfrontasi secara langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Meja tidak diletakkan antara perawat dan anak. Perawat secara nonverbal selalu memberi dorongan, penerimaan dan persetujuan jika di perlukan.
6.      Sentuhan
Jangan sentuh anak dari izin dari anak. Salaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan setres dan cemas khususnya untuk anak laki laki



TEKNIK BERKOMUNIKASI DENGAN ANAK

Terdapat bermacam- macam tehnik berkomunikasi dengan anak seperti tehnik komunikasi non verbal: tehnik orang ke tiga, Neuro Linguistic Programing ( N. L. P), facilitatifa responding, bercerita, bibliottherapy, fantasy, mimpi, pertanyaan “bagai mana bila”, “tiga permintaan”rating game word associasion game,melengkapi kalimat, tehnikpro dan kontra. Sedang komunikasi verbal bagi kebanyakan anak dan orang tua sering mendapat kesulitan karena harus membicarakan perasaan- perasaannya. Komunikasi verbal dapat berupa: menulis, menggambar, gerakan gambar keluarga, sociogram, menggambar bersama dalam keluarga, dan tehnik bermain
1.      Tehnik Non Verbal
a.       Tehnik orang ketiga
Tehnik ini mengungkapkan ekspresi perasaan orang ketiga, seperti “ dia atau mereka”. Tehnik tersebut mengurangi perasaan terancam daripada langsung bertanya pada anak bagaimana perasaannya? Cara seperti ini memberikan kesempatan untuk setuju atau tidak setuju tanpa ingin bertahan. Misalnya perawat mengatakan: “kadang- kadang bila seseorang jatuh sakit, perasaan- perasaan marah dan sedih karena dia tidak mampu berbuat seperti apa yang orang lain perbuat”.
Kemudian diam sebentar untuk menunggu responnya atau mendorong timbulnya jawaban dan berkata lagi: “apakah engkau pernah merasakan seperti itu?”
Tehnik pendekatan seperti ini memberi kesempatan pada anak dalam tiga pilihan:
1.      Menyetujui, penuh harapan dan mengungkapkan perasaannya.
2.      Tidak setuju
3.      Tetap diam, mungkin mempunyai suatu perasaan tetapi tidak mampu mengekspresikanya pada saat itu.
b.      Neuro Linguistic Programing ( N. L. P).
Tehnik pendekatan ini relatif masih baru. Pendekatan ini untuk mengerti proses komunikasi yang memperhatikan cara/ gaya/ kelakuan dimana informasi dapat diterima dan dimengerti oleh individu. Dalam komunikasi biasanya orang menggunakan satu dari tiga sensorik seperti ;
-          Penglihatan
-          Pendengaran
-          Kinesthetik
Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari kata kerja, kata sifat dan kata ketergantungan yang digunakan seseorang.
                  Cara komunikasi
Respon yang cocok
Cara visual :
Saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat.

Cara auditory:
Dari apa yang saya dengar dimana
Dokter mengatakan, anak saya akan sembuh.

Cara kinesthetik :
Saya merasa bahwa prognosa anak saya menurun
Ceritakan pada saya tentang apa yang kamu lihat.


Apa yang kamu dengar yang membuat kamu melihat sesuatu seperti ini.



Ceritakan lagi tentang perasaan anda bahwa prognosanya menurun.

c.       Facilitative responding.
Facilitative responding adalah mendengarkan secara seksama dan membayangkan kembali perasaan- perasaan pasien dan isi pertanyaan anak. Seperti :
-          Respon yang diamati
-          Tidak menghakimi dan mengesahkan perasaan seseorang.
Rumus untuk Facilitative responding adalah :
“engkau merasa ------ karena ------
Contoh : bila seorang anak mengatakan : “ saya benci ke RS dan mendapat suntikan,” dan fasilitatif respon adalah “engkau merasa tidak bahagia karena semua dilakukan padamu”.
d.      Bercerita (story telling)
Respon anak  terhadap tehnik- tehnik bercerita bervariasi. Bercerita menggunakan menggunakan bahasa anak, dan menyelidiki persaannya, sementara itu menghindarkan hambatan yang disengaja atau hindarkan ketakutan- ketakutan yang paling sederhana adalah meminta anak menceritakan tentang sesuatu kejadian/peristiwa spesifik” berada di rumah sakit”. Selain itu dapat menggunakan gambaran dari suatu peristiwa dan meminta anak untuk menceritakannya. Dongeng bersama lebih mengembangkan pendekatan terapeutik. Dongeng tidak saja membantu membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Kita mulai dengan meminta anak bercerita tentang sesuatu kejadian, diikuti oleh cerita lain oleh perawat yang sebabnya sama dengan cerita anak hanya bedanya disini bertujuan membantu anak masuk kedalam masalahnya.
e.       Bibliotherapy
Bibliotherapy melibatkan penggunaan buku- buku dalam rangka proses therapeutic dan supportive. Sasarannya adalah membantu anak mengungkapkan perasaan- perasaan dan perhatiannya melalui aktivitas membaca, cara ini dapat memberi kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang sama dengan keadaannya tetapi sedikit berbeda untuk mengizinkan dia membatasinya dari kisah itu dan tetap dalam kontrol. Pada dasarnya buku tidak mengancam karena anak dapat sewaktu- waktu menutup buku  tersebut atau berhenti membacanya. Petunjuk umum dalam menggunakan bibliotherapy:
-          Jajaki perkembangan emosi dan pengetahuan anak
-          Hayati isi buku dan sesuaikan isinya dengan tingkat usia anak.
-          Bersama- sama memakai buku itu seperti kita membaca untuknya .
-          Menyelidiki bersama anak akan arti dari isi buku dengan cara menceritakan kembali cerita itu, baru kembali bagian- bagian khusus, gambar sesuatu yang berkaitan dengan cerita itu dan diskusikan gambar tersebut, bicarakan tentang karakter atau simpulkan pengertian dari cerita tersebut.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar